Minggu, 07 Desember 2014

Keraton Ngayogyakarta (Nurul Miftahul Jannah) - KELOMPOK 2






Keraton Yogyakarta (Jogja) atau sering disebut dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat terletak di jantung provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta (DIY). Keraton Jogja merupakan kerajaan terakhir dari semua kerajaan yang pernah berjaya di tanah jawa. Ketika kerajaan hindu-budha berakhir kemudian di teruskan dengan kerajaan islam pertama di Demak, lalu berdiri kerajaan yang lain seperti Mataram islam yang di dirikan oleh Sultan Agung lalu berjalan dan muncul Keraton Jogja yang didirikan oleh Sultan Hamengku Bowono I.
Dalam perkembangannya, Keraton Jogja banyak mengalami masa pasang surut kepemimpinan dan terjadi perpecahan. Yang paling terkenal adalah perjanjian Giyanti pada tahun 1755, dimana kerajaan dibagi menjadi 2 (dua) yaitu wilayah timur yang sekarang menjadi keraton Surakarta Solo dan wilayah barat yang disebut dengan Keraton Jogjakarta.
Museum Keraton dirintis pada masa Pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Pada masa Pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, urusan kepariwisataan dipercayakan kepada Parentah Luhur Kraton yang kemudian berganti nama Kawedanan Kori, dan akhirnya berganti nama Tepas Dwara Pura. Pemandunya diambil dari KHP Widya Budaya, seiring dengan makin banyaknya pengunjung maka Sri Sultan Hamengku Buwono IX mendirikan Bebadan Museum Kraton.
Sejak 1 Oktober 1969 kantor Bebadan Museum Kraton, dan menempati bangsal Pecaosan yang terletak di sebelah barat gerbang Sri Manganti, persisnya di Jalan Rotowijayan. Museum ini didirikan di atas tanah seluas 14.000 m2 dengan ciri arsitektur Jawa.
Museum Keraton ini mencakup beberapa museum yaitu, Museum Batik, Museum Pameran Lukisan dan Foto dan Museum Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Museum Kereta, dan Museum Kristal yang menyimpan 1.562 buah. Museum Keraton ini dibuka setiap hari ( kecuali ada upacara khusus) dari pukul 08.30 sampai 14.00 WIB. Dan pada hari jumat sampai jam 13.00 WIB. Tiket masuk museum ini Rp.5.000,- bagi wisatawan lokal, dan Rp.12.500,- bagi wisatawan mancanegara. Disini pengunjung juga dapat menyaksikan pagelaran macapat, kerawitan, wayang kulit, atau wayang orang di Bangsal Sri Manganti, sekitar pukul 10.00 - 12.00.

Museum Keraton terdiri dari :

1. Museum Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Museum Hamengku Buwono IX terletak dalam kompleks Kraton yang didalamnya berisi benda-benda yang pernah digunakan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, termasuk perlengkapan fotografi, Kyai Garuda Yeksa kereta yang digunakan untuk kirab upacara penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono VI-X; Kyai Jaladara digunakan tugas keliling desa; Kyai Kanjeng Jimat digunakan Sri Sultan Hamengku Buwono I sampai III untuk acara Garebeg atau menjemput tamu-tamu khusus. Terdapat pula benda koleksi peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, antara lain, meja tulis, cindera mata, foto, berbagai macam penghargaan berupa medali, tanda jasa, dan surat keputusan presiden RI tentang penganugerahan pahlawan nasional untuk Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Disinijugaterdapatmobil-mobilan Sri Sultan Hamengkubuwono IX ketika masih kecil, peralatan memasak, bumbu dapur, baju dan beberapa benda sejenisnya.

2. Museum Batik Keraton Yogyakarta Hadiningrat
Museum ini pada tanggal 31 Oktober 2005 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Di bagian museum ini terdapat koleksi kain batik, patung, lukisan, topeng batik, foto-foto, bahan pewarna dan perangkat membatik, dan sepeda turun temurun untuk mengangkut batik. Koleksi batik yang dipamerkan merupakan hibah dari trah Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan IX serta hibah dari pengusaha batik di jogja.

3. Museum Kereta
Museum initerletak di Jalan Rotowijayan. Didalamnya menyimpan Koleksi Kereta kuda milik Keraton Kesultanan Yogyakarta. museum kereta ini dirintis sejak pemerintahan Kesultanan Sri Sultan Hamengkubuwono VII. koleksi kerata diantaranya masih ada yang digunakan dalam upacara kebesaran Keraton. salah satu kereta yang diperlakukan khusus adalah kereta Nyai Jimat.

4. Museum Kristal
Museum inimenyimpan koleksi kristal dan terbagi dalam dua ruangan. Ruang pertama berisi pot bunga dari keramik peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII, jam, meja, lampu duduk, berbagai macam guci, lampu listrik, dan hiasan meja dari bahan keramik. Ruang kedua berisi gelas-gelas kristal, tempat buah, tempat keju dan selai dari kristal polos, hiasan meja, pot bunga, guci, jam ber kerangka marmer, perlengkapan kamar mandi,  tempat sayur dari porselen, pipa rokok, tempat permen, tempat make up, kaca rias dari bahan kuningan.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar