Pada hari Sabtu, tanggal 6 Desember 2014, kami berlima
(Haidar, Andrew, Irma, Renza, Aci) pergi mengunjungi beberapa museum yang ada di
Jogja. Kali ini kami akan menceritakan tentang pengalaman kami di
Monumen Jogja Kembali, atau yang biasa dikenal sebagai Monjali.
Sekilas Tentang Monumen Jogja Kembali
Monumen ini dibangun pada 29 Juni 1985 yang
ditandai dengan upacara tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh
Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII.
Dipilihnya nama Yogya Kembali dengan maksud sebagai tetenger atau penanda peristiwa sejarah ditariknya tentara pendudukan Belanda dari Ibukota
Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949. Hal ini sebagai tanda awal bebasnya Bangsa
Indonesia secara nyata dari kekuasaan pemerintahan Belanda.
Pembangunan monumen dengan bentuk kerucut dan terdiri dari tiga lantai ini selesai dibangun dalam waktu empat tahun dandiresmikan pembukaannya tanggal
6 Juli 1989 oleh Presiden RI pada waktu itu, Soeharto.
Monumen setinggi kurang lebih 31.8 m ini terletak di
Dusun Jongkang, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik,
Kabupaten Sleman. Bentuk kerucutnya melambangkan bentuk gunung yang
menjadi perlambang kesuburan selain memiliki makna melestarikan budaya nenek moyang pra-sejarah.
Pemilihan lokasi Monumen Yogya Kembali juga memiliki alasan berlatarkan budaya Yogya,
yaitu monumen terletak pada sumbu atau poros imajiner yang menghubungkan Gunung Merapi,
Tugu, Kraton, Panggung Krapyak dan pantai Parang Tritis.
Sumbu imajiner ini sering disebut dengan Poros Makrokosmos atau Sumbu Besar Kehidupan. Titik imajinernya sendiri bisa dilihat pada lantai
3 ditempat berdirinya tiang bendera.
Di halaman depan, terdapat Rana Daftar Nama Pahlawan dimana pengunjung bisa melihat
422 nama pahlawan yang gugur di daerah Wehrkreise III antara tanggal 19 Desember
1948 sampai dengan 29 Juni 1949 dan puisi 'Karawang-Bekasi' karangan Khairil Anwar.
Di dalam museum kami melihat berbagai macam senjata bersejarah sisa peperangan melawan penjajahan Belanda,
diantaranya meriam PSU Kaliber 60mm buatan Rusia, senapan semi-otomatis Mauser,
Katana, pistol Colt .45, senapan submesin Thompson.
Selain senjata, kami juga melihat benda- benda lain seperti tandu
yang digunakan untuk menggotong Panglima Besar Jenderal Soedirman selama perang gerilya,
seragam tentara dan dokar yang
juga pernah digunakan oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman, dan juga berbagai replika,
foto, dokumen dan diorama kejadian bersejarah peperangan Indonesia
Setelah selesai mengamati, kami
melanjutkan kegiatan dengan memberi makan ikan yang berenang bebas mengitari kolam di
seputar monumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar