Kamis, 18 Desember 2014

MUSEUM RS. MATA DOKTER YAP (Irma Surya Ningsih)



Museum RS. Mata Dokter Yap adalah sebuah museum yang berada di kompleks Rumah Sakit Mata Dr. Yap.  Banyak orang yang tidak tahu bahkan tidak pernah mendengar tentang keberadaan museum yang terletak di jalan Cik Ditiro Nomor 5 Yogyakarta ini. Museum ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada tahun 1997. Tampilan museumnya masih sangat sederhana. Ketika saya kesana hanya ada 2 pengunjung. Yaitu saya dan seorang bapak setengah baya yang juga sedang melakukan penelitian tugasnya. Bapak tersebut mengatakan bahwa jaman sekarang jarang yang minat ke museum. Dan saya setuju dengan pernyataan tersebut.
Berdirinya Museum Rs. Mata Dr Yap sendiri dilatarbelakangi karena banyaknya barang peninggalan Dr. Yap Hong Tjoen dan DR. Yap Kie Tiong yang memang sudah tidak terpakai dan memiliki nilai sejarah yang tinggi.Mengunjungi museum ini kita akan memasuki ruang waktu dan melihat sejarah kedokteran mata di Indonesia. Berawal dari Dr. Yap yang merupakan seorang pemuda Cina yang melanjutkan pendidikan di jurusan kedokteran mata di Belanda. Hingga perjalannya mendirikan Rumah sakit mata di Indonesia.
Bangunan museum ini masih dengan gaya tempo dulu dimana jendelanya besar-besar. Di sisi kiri ada lemari buku besar dengan isi buku-buku tebal berbagai macam bahasa. Menurut Bu Anna yang mengelola museum
tersebut, Dokter Yap ini menguasai 7 bahasa yaitu Inggris,Cina,Jepang,Belanda,Portuges,Prancis dan Indonesia. Beliau juga menyukai buku-buku bahasa, sastra, seni, sejarah, opthalmologi,dll. Lalu agak ketengah ada buffet berisi peralatan makan seperti cangkir dan teko jaman dulu. Di dinding ruangan juga terdapat photo-photo keluarga dokter Yap dan keadaan rumah sakit mata pada jaman dahulu. Sisanya, banyak sekali peralatan kedokteran ophthalmology yang memenuhi ruangan.




Berikut ini adalah beberapakoleksi alat-alat kedoktoran yang menarik perhatian saya dan ada beberapa yang baru saya lihat untuk pertama kalinya dalam hidup saya:
-mesin ketik Braille: mesin ketik ini khusus digunakan untuk tunanetra
-kursi roda besar yang terbuat dari kayu
-wadah strelialisasi yang bentuknya seperti panci lengkap dengan tutupnya
-inkubator kuno buatan belanda yang bentuknya menyerupai brankas. Tapi yang ini fungsinya untuk mengetahui pembiakan kuman/jamur.
- nah yang bentuknya mirip wajan ini namanya perimeter. Fungsinya untuk mengetahui luas lapang pandang seseorang dan melihat ada tidaknya gangguan mata sampai ke otak.
-kalau alat yang seperti hairdryer besaarr ini namanya solux. Fungsinya untuk menghilangkan pendarahan/mengeringkan pendarahan di dalam bola mata. Untuk cara penggunaannya bagaimana, jujur sampai sekarang saya masih penasaran. Mungkin dokter mata lebih tahu
-dipojokan ruangan ada seperangkat alat oprasi, lengkap dari tempat tidur untuk pasien,lampu oprasi dan kursi oprasi yang diduduki dokter
-dan yang aneh lagi saya juga menemukan setrika jaman dulu yang harus diisi arang.
-dan barang menarik lainnya yang sangat banyak.
Bahkan saya tidak terasa sudah ada didalam museum tersebut selama satu jam. Sungguh tempat menarik untuk dikunjungi. Meskipun saya tidak punya latar belakang apa-apa dibidang kedokteran,tapi museum ini dapat mentransfer ilmu dan menjelaskan dengan gamblang tentang dunia kedokteran mata. Lumayan bukan? Cuci mata sambil dapat tambahan ilmu.
 Biaya masuk:
Gratis
Jam Buka:
Senin,Selasa dan Rabu. Tapi dihari lain juga dibukakan.
Pukul: 09.00-15.00 WIB
 

 

p style="text-align:justify;"><img src="URL gambar" style="float:left; margin:0 9px 3px 0;" />tulis teks disini</p>
- See more at: http://dosbok.blogspot.com/2012/10/cara-membuat-gambar-berada-disamping.html#sthash.7mxe3wE5.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar