Minggu, 28 Desember 2014

Museum Sonobudoyo I : Inilah Kekayaan Budaya Indonesia



Penulis             : Yuliana Evita Nugraeni

NIM                : 14/367408/SA/17585

“Indonesia tanah air beta. Pusaka abadi nan jaya.
Indonesia sejak dulu kala, tetap dipuja – puja bangsa.”
 
Kutipan lirik lagu Indonesia Pusaka karya Ismail Marzuki berputar indah bak balerina di kepala saya. Ketika saya mengeksplor suatu tempat—yang sejak dulu kala, bahkan sebelum Indonesia merdeka—bangunan ini sudah ada. Tempat yang dulunya menjadi rumah tradisional bangsawan orang Jawa kini menjadi sebuah wadah pelestarian benda – benda sejarah yang bernilai filosofis. Beruntungnya Indonesia sudah memiliki wadah untuk melestarikan segala jenis kebudayaan yang luar biasa. Buah pikir masyarakat Indonesia pada masa lalu menghasilkan beraneka ragam benda yang memiliki nilai estetika  yang tinggi dengan nilai – nilai filosofis yang ada pada setiap barang tersebut. Karena termakan oleh zaman, koleksi benda – benda seni itu sendiri mulai berkurang jumlahnya. Semakin sulit ditemukan di tanah kita sendiri.


Bangunan ini adalah sebuah museum bernama Museum Sonobudoyo Unit I. Museum ini terletak di Jalan Trikora No. 6, di bagian utara alun-alun timur Kraton Kesultanan Yogyakarta. Pada tahun 1935, museum ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Nama Sonobudoyo diambil dari dua kata yaitu "Sono" yang berarti tempat dan "Budoyo" yang berarti kebudayaan. Jika ditelaah lebih lanjut, Sonobudoyo berarti tempat untuk menyimpan, merawat dan memamerkan benda – benda kebudayaan. Museum Sonobudoyo berbentuk Joglo Limasan. Sebuah arsitektur dari Yogyakarta yang patut untuk dilestarikan. Di bagian selubung pendoponya dulu terbuka, sekarang sudah ditutup dengan kaca transparan dengan hiasan grafis motif sederhana sehingga terlihat mewah dari luar. Di pendopo inilah pengunjung disambut dengan 2 perangkat gamelan yang diberi nama Kyai Mega Mendung yang berasal dari Cirebon pada abad ke-19. Perangkat gamelan yang satu lagi diberi nama Kyai dan Nyai Riris Manis. Gamelan ini memiliki nada Slendro Pelog dan dibuat pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VI.

Lebih dalam lagi dari pendopo ada Ruang Pengenalan  yang memamerkan Pasren berusia 2,5 abad. Ada tempat tidur, bantal, guling, kasur, kelambu, sepasang patung loro blonyo, sepasang lampu robyong, dan sepasang lampu jlupak. Benda – benda di ruang pengenalan ini mewakili benda – benda yang akan dipamerkan pada ruang – ruang koleksi selanjutnya.



Berbelok ke kiri, ada ruang selanjutnya yaitu Ruang Prasejarah dan Ruang Klasik dan peninggalan Islam. Di ruang prasejarah memamerkan banyak benda yang digunakan oleh manusia zaman prasejarah. Mulai dari alat memasak sampai senjata ada di sini. Ada juga peti kubur batu atau sarkofagus yang ditemukan di Gunungkidul. Semua peralatan prasejarah terbuat dari batu. Meski umurnya sudah berabad – abad, benda – benda prasejarah masih terlihat kuat dan tak rapuh. Di Ruang Klasik banyak sekali patung kepala dewa dan perhiasan pada masa bercocok tanam.

Ruang berikutnya adalah Ruang Batik. Ruang favorite saya. Entah mengapa saya menyukai sekali ruangan ini. Saya hanya merasakan tenang di sini. Berbagai kain batik dengan motif yang bermacam pula ada di sini. Selalu ada pendeskripsian di setiap batik. Menjelaskan darimana motif batik itu berasal dan digunakan pada acara apa saja kain – kain batik tersebut. Tak hanya batik. Koleksi lain selain batik pun ada kertas penjelasannya sendiri dengan bahasa yang komunikatif sehingga mudah untuk dipahami oleh pengunjung. Selain kain – kain batik. Ada juga peralatan membatik seperti lilin dan canthing serta anglo kecil beserta wajan kecil dan juga kain putih. Bila ingin melihat bagaimana proses pembuatan batik, tersedia pula layar sentuh dengan menu khusus untuk menampilkan cara – cara pembuatan batik.



Lepas dari Ruang Batik kini menuju Ruang Wayang. Koleksi di ruang ini terdiri dari wayang kulit dan wayang golek. Sebagian besar wayang kulit berasal dari Jawa, namun ada juga wayang kulit yang berasal dari Bali. Sedangkan wayang golek kebanyakan berasal dari Jawa Barat. Tak sanggup saya menghitung ada berapa wayang di ruangan ini. Karena banyak sekali. Dan wayang – wayang ini terlihat cantik dengan warnanya yang bervariasi.

Selanjutnya adalah Ruang Topeng yang menyimpan berbagai macam topeng dari Jawa Barat hingga Bali. Kemudian ada Ruang Jawa Tengah. Barang – barang seperti pintu kursi dan meja ukiran khas Jepara ada di sini. Berikutnya Ruang Perunggu yang menyimpan banyak peralatan makan dan peralatan upacara adat. Di ruang terakhir yaitu Ruang Bali yang menyimpan banyak patung dan alat – alat bertani, berburu dan senjata khas Bali. Ada replika Candi Bentar di sini. Sehingga kalau menggambil gambar di sini  terasa seperti di Bali.

Indonesia mempunyai banyak kebudayaan bagus yang sudah sepatutnya dilestarikan seperti ini. Tunggu apa lagi untuk mengunjungi museum terlengkap kedua di Indonesia setelah Museum Nasional Indonesia ini? Hanya dengan membayar Rp 2000 – Rp 5000, pengunjung dapat berjumpa dengan masa lalu. Serta mendapatkan pengetahuan yang tak ternilai harganya. Karena saat ini Museum Sonobudoyo menyediakan tour guide gratis. Selamat berkunjung!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar