Tradisi Jamasan di Museum Kereta Keraton Yogyakarta
Oleh: Dwi Oktaviani (14/367397/SA/17584)
Oleh: Dwi Oktaviani (14/367397/SA/17584)
Siang itu, ratusan orang sudah memadati pelataran Museum Kereta Yogyakarta yang terletak di sebelah barat Keraton Jogja. Puluhan orang sudah menggenggam kamera, bersiap membidik setiap momen yang akan terjadi di hadapannya. Tidak lama kemudian lensa kamera mereka mengambil beberapa gambar penting dibarengi dengan antusiasme masyarakat yang berdesak-desakan hendak melihat Kereta Kanjeng Nyai Jimad yang dikeluarkan dari dalam museum.
Hari itu, kunjungan ke museum ini bertepatan dengan tradisi jamasan sehingga kami lebih menyoroti ritual ini dibanding membahas sejarah museum kereta secara umumnya.
Jamasan ini merupakan salah satu tradisi yang dilaksanakan setiap tahun sekali di bulan Sura (bulan pertama dalam kalender Jawa). Budaya jamasan atau mencuci benda pusaka kereta sudah dilakukan turun temurun dengan waktu yang tidak bisa ditentukan. Maksudnya, hari yang ditentukan antara Selasa Kliwon atau Jum’at Kliwon tergantung hari mana yang lebih awal. Namun diantara kedua hari tersebut lebih diutamakan Selasa Kliwon karena hari itu lebih panjang, sedangkan hari Jum’at biasa terpotong Jum’atan sehingga prosesnya akan terburu-buru dikejar waktu. Kereta dicuci memakai air bunga telon (mawar, melati, kanthil), jeruk nipis agar terlihat mengkilat, dan kain mori.
Jamasan ini merupakan salah satu tradisi yang dilaksanakan setiap tahun sekali di bulan Sura (bulan pertama dalam kalender Jawa). Budaya jamasan atau mencuci benda pusaka kereta sudah dilakukan turun temurun dengan waktu yang tidak bisa ditentukan. Maksudnya, hari yang ditentukan antara Selasa Kliwon atau Jum’at Kliwon tergantung hari mana yang lebih awal. Namun diantara kedua hari tersebut lebih diutamakan Selasa Kliwon karena hari itu lebih panjang, sedangkan hari Jum’at biasa terpotong Jum’atan sehingga prosesnya akan terburu-buru dikejar waktu. Kereta dicuci memakai air bunga telon (mawar, melati, kanthil), jeruk nipis agar terlihat mengkilat, dan kain mori.
Kereta yang rutin dijamas setiap tahun yaitu kereta Kanjeng Nyai Jimad yang merupakan kereta pertama dan tertua. Kereta tersebut dibuat tahun 1750 di Belanda dan digunakan pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I hingga Sri Sultan Hamengku Buwono III. Setiap jamasan Kereta Kanjeng Nyai Jimad harus ada kereta pendamping. Saat itu kereta pendampingnya adalah Kereta Jolodoro yang dibuat tahun 1815 dipergunakan masa Sri Hamengku Buwono IV.
Penunjukan kereta pendamping ini tidak bisa asal-asalan karena harus menunggu dhawuh atau perintah dari pengageng keraton, baik itu Sultan maupun yang mewakili.
Rangkaian proses meliputi tiga hal, yaitu: sesaji dengan kembang telon (mawar, melati, dan kanthil), syarat-syarat yang sudah dipersiapkan (menyan, minyak kelapa, juru kunci yang sudah ditunjuk, dan lain-lain) dan tenaga (sekitar 60 abdi dalem yang sudah dicatatkan namanya dalam rencana penyucian kereta).
Rangkaian proses meliputi tiga hal, yaitu: sesaji dengan kembang telon (mawar, melati, dan kanthil), syarat-syarat yang sudah dipersiapkan (menyan, minyak kelapa, juru kunci yang sudah ditunjuk, dan lain-lain) dan tenaga (sekitar 60 abdi dalem yang sudah dicatatkan namanya dalam rencana penyucian kereta).
Pada malam hari sebelumnya, diadakan selamatan nasi gurih di Museum Kereta. Menurut seorang narasumber, acara malam itu dihadiri oleh ribuan masyarakat yang hendak ngalap berkah. Banyak masyarakat dari Jogja maupun luar Jogja yang rela berdesak-desakan. Sekitar tiga bus rombongan dari Wonosobo bahkan sampai bermalam disana.
“Ada tiga bus dari Wonosobo yang bermalam, dan itu biasanya rutin mereka sudah memesan tempat di sini”, kata Bapak Suhardi, salah satu Abdi Dalem Keraton Yogyakarta sejak tahun 1979.
“Banyak sekali yang datang karena ingin dapat berkah untuk usahanya atau untuk pertanian. Bagi mereka yang percaya itu sudah terbukti. Tapi itu semua kembali pada Gusti Allah.”, kata abdi Dalem yang bergelar MW Joyo Runtigo tersebut. Selain itu seorang nenek dari Ketandan juga mengatakan bahwa ia selalu datang naik bus setiap tahun dengan membawa keluarganya. Mereka percaya air sisa jamasan itu membawa berkah bagi pertanian keluarganya.
Dalam satu hari tersebut serempak diadakan penyucian kereta, benda-benda pusaka Keraton, dan juga pemotongan beringin. Biasanya penyucian kereta cukup satu hari, tetapi untuk benda-benda pusaka Keraton seperti keris, tombak, gamelan sampai dua hari di Keraton yang bersifat tertutup, serta pemotongan pohon beringin bisa sampai seminggu karena pohonnya besar, tidak boleh dipanjat, dan harus membentuk bundar. Hanya dengan harga tiket masuksekitar Rp 4.000,00 kita bisa melihat koleksi kereta kraton dan bebas bertanya kepada para abdi dalem di sekitar museum.
Museum Kereta tampak dari depan |
Kereta Kanjeng Nyai Jimad sebelum dijamas |
Ritual sebelum jamasa Kereta Kanjeng Nyai Jimad |
Para abdi dalem yg ditugaskan untuk mengeluarkan kereta |
Antusiasme masyarakat yang hendak 'ngalap berkah' |
Jika kalian memiliki waktu luang, jangan lupa untuk mengunjungi museum ini. wisata edukasi dengan balutan sejarah yang akan membawa kita sedikit menengok ke belakang melihat pusaka-pusaka Kraton berupa kereta yang sakral ini. Selamat mengunjungi Museum Kereta Kencana!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar